Pages

Salahkah Sedekah Saya?

Tergerak oleh status teman di jejaring pertemanan yang mengatakan demikian, "Terobosan wali kota ******** terpilih ******* yang akan mempekerjakan para pengemis dan anak jalanan sebagai penjaga kebersihan (penyapu jalanan) patut diacungin jempol. Namun sayangnya justru para pengemis dan anak jalanan menolaknya dengan alasan gaji yang ditawarkan terlalu kecil, sebesar Rp 700,000.- . Sementara mereka menghendaki gaji minimal sebesar 4 - 10 juta/perbulan. Jelas saja karena penghasilan pengemis di jalanan jauuh lebih besar. Sungguh ironis sementara bekerja di Pabrik saja tidak sampai 4 juta..."

Di akhir status beliau mengkampanyekan, "Mulai skrng stop memberi untuk pengemis".

Saya jadi teringat dengan kalimat “Pengemis jangan dimanjakan, jangan mengajari mereka untuk terus meminta-minta. Memberi mereka uang, sama saja dengan menutup harapan untuk menciptakan generasi bangsa yang mandiri”

Tersebutlah sebuah kisah pada jaman Rasulullah SAW yang menceritakan seorang dermawan yang ingin bersedekah dan tidak ingin sedekahnya diketahui orang lain.

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu , Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Ada seseorang mengatakan,”Sungguh aku akan memberikan sedekah”. Di malam hari, ia keluar membawa sedekah dan memberikannya kepada seorang pencuri (tanpa diketahui). Pagi harinya, orang-orang membicarakan,”Tadi malam,ada seorang pencuri mendapat sedekah”. Orang itu mengatakan,”Ya Allah,hanya kepada Mu segala pujian. Sungguh aku akan memberikan sedekah lagi”.

Di malam hari berikutnya,ia keluar membawa sedekah dan memberikannya kepada seorang wanita pelacur (tanpa diketahuinya). Pagi harinya,orang-orang membicarkan,”Tadi malam,ada seorang wanita pelacur mendapat sedekah”.Orang itu mengatakan,”Ya Allah,hanya kepada Mu segala pujian. Sungguh aku akan memberikan sedekah lagi”.

Di malam hari ketiga,ia keluar membawa sedekah dan memberikannya kepada salah satu orang kaya (tanpa diketahui).Pagi harinya,orang-orang membicarakan,”Tadi malam,ada orang kaya mendapat sedekah”.Orang itu mengatakan,”Ya Allah,hanya kepada Mu segala pujian. Untuk seorang pencuri,seorang pelacur dan orang kaya”.

Lalu orang itu didatangi dan dikatakan kepadanya,”Adapun sedekah yang engkau berikan kepada si pencuri,mudah-mudahan dengan harta itu ia dapat menahan diri dari perbuatan mencuri. Adapun si pelacur,mudah-mudahan dengan harta itu ia kan menahan diri dari perbuatan zina. Adapun orang kaya,barangkali ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia pun mau berinfak dari harta yang Allah berikan”

Hadits riwayat Bukhari ( 1421 ) Muslim (1022 )


Dari hadits di atas terlihat bahwa orang yang bersedekah (pada malam pertama) itu bersedih dan gelisah. Kesedihannya dan kegelisahannya dia ungkapkan dengan ucapannya,"Ya Allah bagi-Mu segala pujian" dan ia bertekad akan bersedekah kembali karena ia menganggap bahwa sedekahnya pada malam itu telah hilang seperti ditiup angin, karena salah sasaran".





Sedekah pada mlam berikutnya kembali salah sasaran dan kembali ia bertekad untuk bersedekah pada malam berikutnya, yang pada akhirnya juga mendapati sedekahnya kembali salah sasaran. Hanya puja dan puji yang mampu ia ucapkan, ”Ya Allah,hanya kepada Mu segala pujian. Untuk seorang pencuri,seorang pelacur dan orang kaya”.

Laki-laki ini tidak mengetahui bahwa Allah menulis pahalanya. Orang yang menginfakkan hartanya demi mencari pahala Allah, Allah akan memberinya pahala walaupun si penerima tidak berhak untuk menerima.

Di dalam mimpinya dia datangi kabar gembira bahwa Allah menerima sedekahnya dan membalasnya dengan pahala. Dia diberitahu hikmah besar di balik sedekah kepada tiga orang tersebut. Semoga pencuri itu sadar akan kesalahannya lalu dia tidak mencuri. Semoga wanita pezina itu menjaga dirinya dari zina dengan harta itu dan semoga si kaya ini terdorong untuk berinfak meneladani laki-laki ini yang bersedekah di kegelapan malam agar tidak diketahui oleh orang lain demi mencari pahala dari Tuhan manusia.

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”. [QS. Al Baqarah: 273]

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. [QS. Al Baqarah: 274]


Sebagai penutup berikut hikmah yang dapat kita petik dari cerita di atas bahwa:
1. Rahmat Allah sangat luas walaupun sedekah yang diniatkannya untuk ibadah jatuh ke tangan orang yang tidak berhak menerima.
2. Kadangkala perbuatan seseorang memberi bekas yang baik, yang sebenaranya dia tidak menginginkan hal itu terjadi, dan Allah memberinya pahala karenanya.
3. Keutamaan menerima qadha dan takdir Allah. Manakala Allah mentakdirkan sedekah laki-laki ini salah alamat dan tidak sampai di tangan fakir miskin, tapi dia menerima keputusan Allah dengan rela, maka Allah memberinya balasan kebaikan.
4. Terkadang sifat manusiawi kita menghalangi kita untuk menafkahkan sebagian harta kita pada orang yang "berhak" yang ada di depan kita dengan dalih "nanti menjadi malas, menjadi kebiasaan, makin banyak yang meniru" atau entah apa lagi alasan kita. Tapi usahakanlah jangan sampai pikiran kita tersebut menghalangi kita dari kebiasaan sedekah kita dan jangan pula menjadikan kita urung memberi. Benar bahwa banyak jalur yang bisa pilih untuk bersedekah, tapi jangan pula kita menyamaratakan tujuan mereka meminta-minta. Allah lebih tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
5. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah???

Suara Jangkrik

Suatu ketika seorang pria dan teman-temannya berjalan di trotoar jalan. Saat jam istirahat makan siang siang itu jalan penuh dengan orang-orang, mobil membunyikan klakson mereka bersahut-sahutan, mesin taksi yang menderu-deru di salah satu sudut jalan, sirene mobil polisi meraung-raung di sudut jalan yang lain. Siang itu jalan tersebut tampak semrawut dan sangat memekakkan telinga. Tiba-tiba, pria itu berkata kepada temannya, "Saya mendengar suara jangkrik."

Temannya berkata, "Apa? Kamu gila, bagaimana mungkin bisa mendengar suara jangkrik di tengah kebisingan ini!."


"Tidak, saya yakin itu," kata pria itu, "Saya mendengarnya."

"Gila kau," kata temannya.

Pria itu mendengarkan dengan sangat hati-hati, dan sejenak kemudian berjalan ke seberang jalan ke sebuah taman dimana semak-semak banyak tumbuh. Dia melihat ke dalam semak-semak, di bawah salah satu cabang, ia melihat seekor jangkrik kecil. Temannya itu benar-benar kagum. "Luar biasa," kata temannya. "Kamu pasti memiliki telinga super!"

"Tidak, tidak," kata pria itu. "Telingaku tidak berbeda dengan punyamu. Itu semua tergantung pada apa yang Anda dengarkan..."

"Tapi itu tidak mungkin!" kata teman tersebut. "Aku tidak pernah bisa mendengar suara jangkrik dalam kebisingan seperti ini."

"Ya, itu benar," jawabnya. "Itu tergantung pada apa yang benar-benar penting bagimu, akan saya tunjukkan padamu..."





Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa koin, dan diam-diam menjatuhkannya di trotoar. Dan kemudian, dalam kebisingan dan keramaian jalan, suara koin jatuh tersebut masih terdengar di telinga mereka. Sampai beberapa saat tampak mereka terus masih mencari berbolak-balik dimanakah arah denting koin uang mereka.

"Lihat apa yang saya maksud?" tanya pria itu.

"Itu semua tergantung pada apa yang penting bagi Anda."

PELAJARAN:

· Mari kita memusatkan perhatian dan pikiran kita pada aspek yang lebih penting dari kehidupan!

· Mari kita memperhatikan lebih dekat dengan apa yang ulama, orang-orang alim dan yang dekat dan sayang kepada kita katakan.

· Kadang-kadang kita mendengar tetapi tidak menghiraukannya!

Seseorang yang memusatkan perhatiannya pada menyenangkan Allah dan mempersiapkan kehidupan setelah kematian akan memiliki dunia ini di bawah kakinya!

Allah berfirman: "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat" [QS Asy-Syura: 20]